Kapan ya Indonesia bebas sampah?.

Buang sampah ke tempat sampah ya.. Rasanya kalimat ini sudah diucapkan oleh setiap manusia didunia. Tapi anehnya tidak semuanya mampu melakukan yang namanya buang sampah pada tempat sampah. Terutama masyarakat Indonesia yang rata-rata kalau buang sampah tidak ke tempat sampah tapi ke sungai, selokan, dan tempat lainnya. Kadang muncul dipikiran saya sebuah pertanyaan, kapan ya Indonesia bisa bebas dari sampah?. Apa itu mustahil?. Bisa jadi.

Saya pernah mengikuti sebuah seminar tentang lingkungan hidup semasa SMP. Dikatakan bila sterofoam atau busa yang digunakan buat mengganjal alat elektronik saat berada didalam kardus, hanya bisa hancur bila dikubur dalam tanah selama 85 tahun. Jika tidak percaya, boleh dibuktikan. Kita sama-sama mengubur sterofoam tahun ini dan kita tunggu sampai 80 tahun ke depan. Kira-kira siapa duluan yang akan hancur oleh tanah?. Hm, manusia saat ini rata-rata hanya dapat mencapai usia 60 tahunan. Jika bisa lebih dari itu maka itu adalah bonus. Jadi sudah pasti sterofoam lebih awet. 

i hate trash



Pernah ditemukan oleh anak IPB bagaimana menghancurkan sterofoam, yakni menggunakan perasan kulit jeruk. Dan saya pernah mencobanya. Tapi siapa pula yang mau memeras kulit jeruk untuk menghancurkan begitu banyak sterofoam?. 

Pada suatu saat nanti, bumi tempat kita berpijak ini bisa menjadi tempat sampah apa bila tidak ada pemusnahan. Bayangkan, jika setiap harinya masyarakat Indonesia saja dapat membuang satu bungkus plastik, atau anggap saja hanya 20 % yang menggunakan plastik. Artinya ada kurang lebih 250 juta di kali 20 dibagi 100 = 50 juta plastik setiap harinya dibuang. Jika dari 50 juta itu hanya 30% yang membuang sampah pada tempatnya maka sisanya yakni sebesar 35 juta orang membuang sampah sembarangan. Ini pun hanya perkiraan semata. Karena dalam sehari kita bisa membuang sampah lebih dari satu kali. 

Fakta-fakta saat ini memang menunjukan bahwa bukan kita tidak mau buang sampah pada tempat sampah. Tetapi tempat sampahnya yang tidak tersedia. Saya pribadi jika  jajan di bis atau ditempat umum kadang merasa kesulitan menemukan tempat sampah. Sehingga saya terpaksa harus mengantungi platsik bekas jajan tersebut ditas. Sampai menemukan tempat sampah baru saya bisa membuangnya. 

Bogor, beberapa bulan yang lalu saya pernah dengar cletukan pak Basuki Cahya Purnama yang bilang kalau yang bertanggung jawab atas bencana banjir adalah kita semua. Namun pada kesempatan lain ada juga yang terang-terangan mengatakan sampah ini asalnya dari Bogor yang terbawa oleh sungai. Hm kalau yang ini saya memang mengakuinya. Jika anda pernah berkunjung ke Bogor maka anda akan sering menemui perumahan warga seperti Warban, Kampung baru dreded, dan semua perumahan yang letaknya mempet ke sungai. Bagi warga yang tinggalnya mepet sungai ini tentu jauh lebih mudah buang sampah ke sungai ketimbang nyari bak sampah ke jalan. Alhasil dari tahun ke tahun semuanya buang sampah ke sungai. Sehingga tak heran kalau akhirnya sampah dari Bogor ini menumpuk di Ciliwung Jakarta.

Saya sering kali melihat anak-anak diajarkan oleh orang tuanya untuk membuang sampah sembarangan. Meski tidak disengaja tetap saja itu namanya mengajarkan. Dan dari anak tersebut nanti menular ke anak lainnya. Dan seterusnya hingga mereka dewasa. Lalu mereka yang dewasa ini menurunkan ka anaknya hingga cucu cicitnya. Dan permasalahan banjir dan sampah tidak ada selesainya.

Lalu sebenarnya apa bisa Indonesia bebas sampah?. Hm saya yakin dan sangat yakin sebenarnya Indonesia ini bisa bebas sampah. Caranya, Pemerintah seharusnya menyediakan tempat sampah diberbagai daerah yang sekiranya disitu masyarakat sering buang sampah.  Kalau masyarakat senang buang sampah ke sungai, maka sediakan tempat sampah yang tidak jauh dari sungai dan dikelola oleh dinas kebersihan. Kedua mungkin dengan cara halus atau pelan-pelan yakni dengan mengajarkan hidup bersih kepada anak-anak terutama saat mereka masih kecil. Ketiga, dari diri sendiri, coba contoh negri tetangga seperti Singapura yang meludah sembarangan saja kena sanksi atau denda. Mari kita menyadarkan kekeliruan dalam diri bahwa yang namanya buang sampah itu wajib ditempat sampah.

Ada satu iklan dari produk minuman yang menginspirasi saya untuk menulis ini. Karena sebetulnya kebaikan itu tidak cuma sekedar tulisan tapi berwujud dalam tindakan. Lihat sampah, cobalah untuk memungutnya dan menaruhnya ditempat sampah. InsyaAllah saya sudah melakukannya. Semoga anda juga.

Post a Comment

8 Comments

  1. Saya suka kata2 yg ini "bahwa kebaikan tidak cuma sekedar tulisan, tapi harus terwujud dalam perbuatan".


    Nice artikel dan salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga mbak Dita DR. Terimakasih sudah berkunjung.

      Delete
  2. semuanya kembali pada diri kita sendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, semua kembali kepada kesadaran masing-masing. Namun sayang orang Indo banyakan tidak sadar. Sampai-sampai sampah digunung yang memungut adalah orang luar negri.

      Delete
  3. Semuanya kembali ke diri kita juga sih mas. Intinya yang penting adalah disiplin sejak dini, tapi saya sangat pesimis masyarakat Indonesia bisa disiplin seperti di Jepang. Sangat pesimis!!!

    Benar, seharusnya tempat sampah di ruang publik diperbanyak ya mas...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga, sedikit khawatir kalau Indonesia tidak bisa bebas sampah. Revolusi mental pun gagal membenahi hal ini.

      Delete
  4. he he.., kalau saya tukang buang sampah mas.
    kabur ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya saya juga tukang buang sampah, tapi ke tempat sampah buangnya.

      Delete

Berkomentarlah yang baik dan sopan.
Jangan berkomentar diluar dari Topik (OOT)
Diharap untuk tidak menempelkan link dalam bentuk apapun.
Komentar dengan link akif maupun non-aktif tidak akan ditampilkan.
Terimakasih.