"Tatap mata saya".

Sugesti adalah pemberian pandangan dari seseorang kepada orang lain biasanya dalam bentuk perkataan. Hasil dari sugesti tersebut tentu saja dapat membuat orang lain takut akan sesuatu, merasa minder, atau bersemangat. Seperti apakah sugesti itu, dan bagaimana dia bisa sampai diotak kita. Berikut saya coba jelaskan.

Beberapa hari ini saya diberi sugesti oleh ibu kost saya. Percakapan saya dengan beliau kurang lebih begini,

Nur (ibu kost) :  "Ri kamu kalau pulang lewat mana?"

Saya : "Lewat situ, yang dibelakang lapangan. Emang kenapa bu?"

Nur : "Lewat situ?. Emang kamu nggak takut?"

Saya : "Takut apaan?"

Nur : " Nggak, kan disitu ada rumah kosongnya".

Saya : "Emangnya bekas orang gantung diri ya?".

Nur : "Nggak sih.. kan takut aja. Udah ga ditempatin lama banget."

Saya : "Nggak lah bu.. saya lewat tiap hari juga nggak ada apa-apa"

Dia  sempat bergidig saat kami ngobrol soal rumah kosong tersebut. Menandakan kalau dia takut dengan tempat tersebut.

Begitulah sugesti tersebut masuk kepikiran saya. Tadinya, setiap hari saya lewat tempat yang sama. Rumah yang dibilang tanpa penghuni dan menyeramkan itu setiap harinya saya lewati tanpa ada rasa takut atau apapun. Memang sih tempatnya agak kumel, berdebu dan lumayan lah.. Buat nongrkong hantu dkk. Tapi saya biasa saja karena belum pernah nemu yang aneh-aneh disitu. Hanya saja, karena percakapan tersebut, kini setiap saya lewat rumah tersebut selalu kepikiran ada "sesuatu" yang mengikuti. Dan macam-macam deh.. meskipun sejatinya saya tidak penakut, tapi tetap saja gara-gara sugesti tersebut saya jadi sedikit was-was.

Sugesti bekerja tanpa kita sadari. Setiap kalimat yang kita diucapkan orang bisa menjadi sugesti dan itu berbahaya jika tidak disaring. Mari ambil contoh lagi..

Saya bukan peramal

Suatu hari ada sepasang kekasih yang mendatangi peramal. Mereka minta diramalkan bagaimana masa depan mereka berdua. Lalu apa jawaban peramal?. "Saya sedih harus mengatakan ini.. jika kalian menikah, kalian tidak akan bahagia. Setiap harinya akan datang bencana. Dan masa depan kalian sangat suram". Akhirnya sepasang kekasih tersebut batal menikah.

Jika saja mereka tidak mendatangi peramal tersebut sebenarnya mereka akan menikah dan bahagia selamanya. Jadi pada intinya apapun pendapat atau perkataan orang lain bisa sangat mempengaruhi keputusan yang akan diambil. 

Dalam kaitannya dengan blogging, kita sering sekali bertanya kepada si A atau Master B dan banyak sekali panutan. "Kira-kira blog saya punya potensi tidak ya?". Pertanyaan ini akan diarahkan pada sugesti. Jawaban apapun yang keluar dari mulut si A maka akan memenuhi otak si penanya dan alhasil dia dikendalikan oleh pendapat A. Jika si A berkata "Wah!. Blog kamu bagus banget!. Kok kamu bisa membuat artikel sebagus itu sih?. Itu mah pasti cerah prospeknya!".  Maka bisa jadi si penanya akan membangung blog dengan lebih serius. Atau bisa juga sebaliknya jika jawabannya negatif. 

Kita ini seolah-olah menjadi peramal. Semua serba di kira-kira. Padahal bagus atau tidak, tidak akan bisa dilihat kalau belum dicoba. Maka jangan jadi peramal. Coba saja, jika salah toh itu akan jadi pengalaman. Benar?.

Saat ini saya pribadi melihat blog punya potensi yang luar biasa bagus. Selain buat bisnis ini juga bisa buat mengembangkan diri. Jadi saya tidak akan meningkalkan aktivitas ini. Sebagai penutup, dibawah ini juga ada satu kisah lagi. Silahkan dibaca.

Kakek, cucu dan keledai

Alkisah ada seorang kakek dan cucunya yang ingin menjual keledai. Tempat menjualnya cukup jauh karena harus melewati dua desa. Sang kakek dan cucunya menuntun keledai sampai desa pertama. Lalu berkatalah seseorang, "Kek, anda ini sudah tua.. kenapa tidak naik keledai saja?. Perjalanan anda masih jauh..". Akhirnya si kakek menaiki keledai. Dan mereka sampai di desa kedua. Lalu seseorang didesar tersebut berkata "Dasar kakek tidak punya kasih sayang!. Cucunya dibiarkan kelelahan berjalan sejauh ini sementara dia enak-enakan diatas keledai". Mendengar perkataan tersebut akhirnya kakek dan cucunya naik keledai. Sampailah mereka didesa terakhir untuk menjual keledai. Tapi apa kata pedagang?. "Kakek.. apa kakek tidak punya pikiran?. Lihatlah.. keledai ini sangat kelelahan dan kalian berdua menaikinya sejauh ini. Bahkan tidak ada seorang pun mau diberi keledai loyo seperti ini". Karena kecewa tidak bisa menjual keledai, akhirnya mereka berdua pulang dengan menggotong si keledai. Mereka semua menertawakan tingkah sang kakek dan cucunya yang menggotong keledai.

Jika saja mereka tidak mendengarkan perkataan orang lain, mungkin keledai itu sudah laku dijual dan tidak mengalami capek dua kali.

Intinya, Akan jadi apakah blog kita, bukan orang lain yang menentukan, tapi diri kita sendiri.

Post a Comment

2 Comments

  1. Wuih Mas Ary memberikan sugesti melalui statement yang terakhir. Kata-katanya bisa jadi tamparan buat blogger yang mulai jarang update kayak saya, hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maap mas kalau saya nampar sampean hehe.. Santai saja updatenya. Do not be so rush..

      Delete

Berkomentarlah yang baik dan sopan.
Jangan berkomentar diluar dari Topik (OOT)
Diharap untuk tidak menempelkan link dalam bentuk apapun.
Komentar dengan link akif maupun non-aktif tidak akan ditampilkan.
Terimakasih.