Baca Al-Qur'an apa nyinden?

Astagfirullah, kalimat istighfar ini diucapkan oleh H.Muammar setelah beliau mencontohkan bagaimana Al-Qur'an dibaca dengan lagam/lagu jawa dan sunda. Bukan bermaksud untuk main-main dalam membaca Al-Qur'an akan tetapi beliau hanya mencontohkan perbandingan enak atau tidak jika Al-Qur'an dibaca dengan tidak mengikuti bacaan Arab.

Lalu sebenarnya dari mana sih asalnya Al-Qur'an yang dibaca dengan lagam jawa ini?. Saya tidak tahu. Yang saya tahu hanyalah ada sebuah video di youtube yang menayangkan bacaan Al-Qur'an berlagam jawa (dandang gulo). Lalu sebuah video yang masih sama namun pada acara Isra' mi'raj di Istana negara. Ini lebih membuat kontroversi lagi. Karena untuk pertama kalinya di Istana negara Al-Qur'an dibaca dengan lagam berbeda dari biasanya. Berikut ini adalah tayangan video tersebut.




Alasannya sudah jelas karena ingin melestarikan budaya jawa. Namun perhatikan muka setiap orang yang mendengarkannya. Apa reaksi mereka?. Kagum?. Atau justru merasa ada yang hilang?.

Saya pribadi ketika mendengarkan bacaan Al-Quran dari saudara Muhammad Yaser Arafat ini maaf, agak tersenyum cenderung ingin tertawa. Saya malah jadi ingat lagu jawa yang sering saya nyanyikan semisal Jenang gulo ketimbang menghayati bacaan Al-Qur'an-nya. Saya malah teringat lagu Bowo sekar asmoro ketimbang meneliti bacaannya benar atau tidak. Astagfirullah..

Lalu setelah itu saya lanjutkan dengan mencari video penjelasan mengenai boleh atau tidak Al-Qur'an dibaca dengan mengikuti lagam jawa. Dan jawaban menurut H. Muammar adalah tidak boleh. Karena kesannya main-main. Meskipun secara bacaan tidak ada yang salah tetapi dari segi rasa/feels atau ruh dari Al-Qur'an menjadi hilang ketika dibaca demikian.

Masih sama dengan H.Muammar, Buya Yahya juga berkata bahwa Al-Qur'an diturunkan di Arab, dengan bahasa Arab dan hendaknya juga dibaca dengan mengikuti lagu Arab. Namun beliau menekankan bahwa yang pertama harus diperhatikan adalah dari segi makrojul hurufnya dulu. Jangan sampai karena mengikuti lagu dandang gulo kemudian bacaannya menjadi salah.

Terakhir dari AA GYM, ini pun juga sama. Beliau juga menekankan pada bacaannya dulu. Al-Qur'an hendaknya dibaca dengan tartil. Benar sesuai kaidah membaca Al-Quran. Masalah kedua baru lagu. Atau dalam hal ini "baiknya" lagu apa?. Bacaan boleh benar tetapi juga harus baik lagunya. Dan beliau sendiri mengikuti bacaan Qori kenamaan.

Namun satu yang paling unik. Ini memang diluar dari membaca Al-Qur'an. Ada seorang ulama yang malahan mencontohkan sholawat badar tetapi dibawakan mengikuti lagu (malam kudus sunyi senyap dst). Inikah cara melunturkan islam secara perlahan dari bumi Indonesia?.

Toleransi beragama adalah menerima orang lain yang berbeda agama namun tidak menerima isi ajarannya. Bukan berarti kita toleransi lantas kita mencontoh mereka yang berbeda agama. Islam tetap islam. Namun apabila memang ada hal  yang baik meskipun itu diluar dari agama Islam yang dapat diambil dan tidak keluar dari syariat islam maka silakan diambil yang baik tersebut. Misalnya orang Jepang yang sangat menghargai waktu. Mereka bukan beragama Islam, tetapi kita bisa mencontoh mereka soal menghargai waktu agar bisa sholat tepat waktu.

Kembali ke lagu dandang gulo tadi, menurut pendapat pribadi jika ingin melestarikan budaya jawa kita bisa saja mencontoh soimah atau mungkin budayawan jawa atau mungkin malah membentuk sesuatu yang baru yang dapat mengangkat budaya jawa. Bukan dengan cara membaca Al-Qur'an mengikuti lagu jawa. Memangnya membaca Al-Qur'an itu nyinden?. Saya pun setuju dengan H.Muammar bahwa bisa saja saya membaca Al-Qur'an mengikuti lagu Bowo sekar asmoro atau jenang gulo. Tapi apa ya tidak disebut main-main?. Allahu a'lam. Berikut ini adalah video penjelasan H.Muammar mengenai bacaan Al-Qur'an lagam jawa.



Post a Comment

5 Comments

  1. Repotnya kalau agama yang harus mengikuti budaya bukan sebaliknya jadinya ya begini baca quran langgamnya jawa bukannya mengikuti syariat yang sudah ditentukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas, memang kreatif sih cuman tidak pada tempatnya. Saya lebih suka menciptakan lagu jawa dengan lagam dandang gulo ketimbang membaca Al-Qur'an dengan lagam dandang gulo.

      Delete
  2. Begitulah terlalu membesarkan budaya warisan leluhur yang justru kadang nggak sesuai dengan ajaran agama Islam dan Rasulnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti ada yang pake lagam blues karena disana budayanya ngebluse semua bukan pake lagu tilawah arab. Kreatif tapi kurang pada tempatnya.

      Delete
    2. Iya mungkin mau mencari sensasi sesuatu yang berbeda, tapi malah dapat cemoohan. Saya paling suka gaya murottal Imam Mekkah Mas....

      Delete

Berkomentarlah yang baik dan sopan.
Jangan berkomentar diluar dari Topik (OOT)
Diharap untuk tidak menempelkan link dalam bentuk apapun.
Komentar dengan link akif maupun non-aktif tidak akan ditampilkan.
Terimakasih.