Renungan
Kejujuran seorang anak balita
Sobat, kali ini ada satu kejadian paling jujur dari seorang anak kecil.
Ia adalah anak pertama dari tetangga saya. Ia memang rada blak-blakan dan tidak
pernah menyimpan apapun. Sehingga melihat barang kotor, cucian dan apa
saja yang ada didepannya pasti langsung dikomentari tanpa basa-basi.
Jika ia sakit maka ia katakan sakit jika ia geli maka dia katakan geli.
Hmm bukan seperti itu sobat, tetapi lebih kepada uang kembalian dan
sebagainya. Bila disuruh belanja dan ada kembalian ia tidak membeli
jajan dan langsung diberikan kepada ibunya. Ada sedikit cerita lucu tentang kejujurannya sobat, disimak saja ya..
Dia langsung membuka kain yang menutup aurotnya. Dalam pikiran saya, "Pasti mau boker". Dan benar saja sesaat setelah dia mencopot pakaian ia langsung berteriak tanpa basa-basi, "Ayaaaah! cepetaaan! Aku mau e.eooo!". Ayahnya langsung menjawab, "ia bentaaar". Dugaan saya, si ayah sedang menghabiskan rokoknya. Kadang kami yang ingin mandi pagi sering jengkel karena menunggu. Bayangkan, menghabiskan satu putung rokok didalam wc berukuran 2x2 adalah waktu yang tidak sebentar kan?. Meskipun tidak ada hubungannya juga dengan ukuran wcnya, tetapi ia melakukannya sambil buang hajat. Hmm (tepok jidat).
Namun apa daya, si anak rupanya sudah tidak tahan lagi, mungkin saja ia sudah mengeluarkan keringat dingin karena menahan BAB, akhirnya ia berteriak untuk yang kedua kalinya, " Ayaaah cepetaaan!. Udah sampe pant@@t!". Sontak saya yang saat itu berada dikamar tertawa. Teman sekamar yang sedang tidur saja langsung bangun dan tertawa mendengarnya. Kemudian teman saya berkata, "Anak kecil mah jujur banget ya?.". Kami tertawa lagi.
ketika anak kebelet BAB
Ayahnya menurut saya dan beberapa tetangga adalah orang yang paling lama mandinya. Makanya ia selalu mandi diwaktu akhir. Tapi anehnya sore itu ia mandi lebih dulu. Dan entah kenapa tiba-tiba anaknya naik terburu-buru dari lantai dasar.Dia langsung membuka kain yang menutup aurotnya. Dalam pikiran saya, "Pasti mau boker". Dan benar saja sesaat setelah dia mencopot pakaian ia langsung berteriak tanpa basa-basi, "Ayaaaah! cepetaaan! Aku mau e.eooo!". Ayahnya langsung menjawab, "ia bentaaar". Dugaan saya, si ayah sedang menghabiskan rokoknya. Kadang kami yang ingin mandi pagi sering jengkel karena menunggu. Bayangkan, menghabiskan satu putung rokok didalam wc berukuran 2x2 adalah waktu yang tidak sebentar kan?. Meskipun tidak ada hubungannya juga dengan ukuran wcnya, tetapi ia melakukannya sambil buang hajat. Hmm (tepok jidat).
Namun apa daya, si anak rupanya sudah tidak tahan lagi, mungkin saja ia sudah mengeluarkan keringat dingin karena menahan BAB, akhirnya ia berteriak untuk yang kedua kalinya, " Ayaaah cepetaaan!. Udah sampe pant@@t!". Sontak saya yang saat itu berada dikamar tertawa. Teman sekamar yang sedang tidur saja langsung bangun dan tertawa mendengarnya. Kemudian teman saya berkata, "Anak kecil mah jujur banget ya?.". Kami tertawa lagi.
Yang
membuat kami tertawa adalah tingkah polah ayahnya. Karena si anak sudah sangat jujur
maka ia langsung mempercepat acara ngerokok didalam wc-nya itu. Hm tidak kebayang deh kalau itu saya. Misalnya saya yang kebelet pasti tidak berani menggedor pintu dan diam menahan beol diluar. Hadeeh.
Tapi,
bukan itu yang dimaksud kawan. Nilai kejujuran yang sebenarnya lebih
kepada antara benar dan tidak. Dimana jujur itu sendiri berarti
mengatakan apa adanya tanpa lebih dan kurang. Anak kecil selalu
mengatakan apa adanya. Namun ketika ia sudah dewasa, ia sudah mulai bisa
berpikir. Ada hal-hal yang akan disembunyikan dan tidak dibicarakan.
Ada yang akan dibicarakan meski itu tidak ada.
Mungkin sobat sekalian pernah ditegor seorang anak kecil?. Saya pernah dan sering sekali oleh anak tetangga ini. Saya menduga jika suatu saat ia tumbuh dewasa, maka ada kemungkinan ia akan jadi sedikit tomboy. Yah sama seperti ayah dan ibunya. Yang pasti, ia adalah seorang anak yang sudah berani jujur apapun resikonya. Karena jujur itu pahit diawal manis diakhir.
Lihat juga : Saya, Uang dan Celengan
Mungkin sobat sekalian pernah ditegor seorang anak kecil?. Saya pernah dan sering sekali oleh anak tetangga ini. Saya menduga jika suatu saat ia tumbuh dewasa, maka ada kemungkinan ia akan jadi sedikit tomboy. Yah sama seperti ayah dan ibunya. Yang pasti, ia adalah seorang anak yang sudah berani jujur apapun resikonya. Karena jujur itu pahit diawal manis diakhir.
Lihat juga : Saya, Uang dan Celengan
Post a Comment
6 Comments
selamat Pagi Sob... hm ceritanya lucu dan membuat saya tersenyum pagi ini dalam kegiatan blogwalking, semoga anak saya nantinya juga menjadi anak yang jujur..aamiin
ReplyDeleteSelamat siang sob, He saya baru bisa buka laptop. Hemm iya, anaknya tetanggaku itu memang kadang lucu sekali. Jadi rasanya tidak asik kalau tidak diabadikan diblog. ^^
Deletebener mas, kayak minum obatlah jujur itu, pahit awal tapi nanti bakalan manis
ReplyDeleteKalau bohong kayak obat Kwat ya mas.. pas awal aja enak bergairah, tapi akhirnya kena sakit jantung. ^^
DeleteSadaaap mas Ary bisa bae... Ketika kita dewasa, ada hal-hal yang seharusnya diucapkan dan ada pula yang disembunyikan. Jujur itu pahit dan hijau warnanya. Loh kok hijau??? Iya jujur kacang ijo, hehehe...
ReplyDeleteIni kisah nyata mas.. hehe. Tanpa rekayasa. Iya kalo gak dikasih gula ya pahit.. tapi manpaatnya banyak ya mas..
DeleteBerkomentarlah yang baik dan sopan.
Jangan berkomentar diluar dari Topik (OOT)
Diharap untuk tidak menempelkan link dalam bentuk apapun.
Komentar dengan link akif maupun non-aktif tidak akan ditampilkan.
Terimakasih.